11 March 2013

Negeri Diatas Awan - part 3

       Gue sedang berdiri diantara sambungan kereta Ekonomi yang sedang melaju dengan kencang menuju kota Solo, Kemudian gue membakar sebatang rokok, sambil menikmati udara dari pintu yang gue biarkan terbuka. Ambon (ketua rombongan) menghampiri gue yang sedang asik menikmati senja kali itu..

"Sendirian aje bang"

"Hehe.. iya nih mbon.."

"Mental udah siap nanjak?"

"Insya allah mbon.."

"AWAS LU KALO NYUSAHIN"

Saat itu juga, rasanya pengen banget gue lempar Ambon keluar -__-, tapi gue takut, soalnya dia senior gua.

"Mbon.. gunung lawu itu kayak gimana sih?"

"Yaaa kayak gunung.. bego, ya masa kayak laut.."

"Gue serius kampret, puncaknya berapa meter diatas permukaan laut?" Gue beneran penasaran.

"3265 Mdpl"

"Buset tinggi juga ya"

"Yaiyalah namanya juga gunung"

"Lo udah berapa kali kesana? bagus nggak?"

"Tiga kali.. baguslah. namanya juga gunung"

"Lawu itu gunung yang terkenal angker kan?"

"LU TANYA MULU DARI TADI"

"KOK LU NYOLOT SIH MBON?"



"YAUDAH MAKANYA SINI GUE CERITAIN"

Kemudian ambon menceritakan singkat sejarah gunung lawu.

"Nama asli Gunung Lawu adalah Wukir Mahendra. Menurut legenda, Gunung Lawu merupakan kerajaan pertama di pulau Jawa yang dipimpin oleh raja yang dikirim dari Khayangan karena terpana melihat keindahan alam diseputar Gunung Lawu. Sejak jaman Prabu Brawijaya V, raja Majapahit pada abad ke 15 hingga kerajaan Mataram II banyak upacara spiritual diselenggarakan di Gunung Lawu. Hingga saat ini Gunung Lawu masih mempunyai ikatan yang erat dengan Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta terutama pada bulan Suro. Saat itu, para kerabat Keraton sering berziarah ke tempat-tempat keramat di puncak Gunung Lawu."


Mendengarnya, gue berdecak kagum, sambil manggut-manggut.. lanjut mbon.


"Disana terdapat padang rumput pegunungan banjaran Festuca nubigena yang mengelilingi sebuah danau gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada ketinggian 3.200 m dpl yang biasanya kering di musim kemarau. Konon pendaki yang mandi berendam di tempat ini, segala keinginannya dapat terkabul. Namun sebaiknya jangan coba-coba untuk mandi di puncak gunung karena airnya sangat dingin. Rumput yang tumbuh di dasar telaga ini berwarna kuning sehingga airnya kelihatan kuning. Telaga ini diapit oleh puncak Hargo dumilah dengan puncak lainnya. Luas dasar telaga Kuning ini sekitar 4 Hektar"



 Gue bersyukur, ternyata ketua rombongan alias penanggung jawab kelompok gue ini orang yang cerdas :')

"Disana ada pasar setan ya mbon?" Tanya gue penasaran

"Pasar Diyeng atau Pasar Setan, berupa prasasti batu yang berblok-blok, pasar ini hanya dapat dilihat secara gaib. Pasar Diyeng akan memberikan berkah bagi para pejiarah yang percaya. Bila berada ditempat ini kemudian secara tiba-tiba kita mendengar suara "mau beli apa dik?" maka segeralah membuang uang terserah dalam jumlah berapapun, lalu petiklah daun atau rumput seolah-olah kita berbelanja. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kita akan memperoleh kembalian uang dalam jumlah yang sangat banyak. Pasar Diyeng/Pasar Setan ini terletak di dekat Hargo Dalem."

"Anjrit horor...." kata gue dalem hati

"Siapapun yang hendak pergi ke puncaknya bekal pengetahuan utama adalah tabu-tabu atau weweler atau peraturan-peraturan yang tertulis yakni larangan-larangan untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan, dan bila pantangan itu dilanggar di pelaku diyakini bakal bernasib naas. Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat selain tiga puncak tersebut yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani. Bagaimana situasi Majapahit sepeninggak Sang Prabu? Konon sebagai yang menjalankan tugas kerajan adalah Pangeran Katong. Figur ini dimitoskan sebagai orang yang sakti dan konon juga muksa di Ponorogo yang juga masih wilayah gunung Lawu lereng Tenggara"  

"CUKUP MBON CERITANYA!!"

"Intinya kita harus naik dengan tujuan yang baik, oke?" jelas Ambon.

"Anjrit, lo tahu banyak tentang gunung lawu, hebat banget lo mbon.."

"Iya dong gue gitu.." Ambon sok keren.

"Nggak salah lo jadi pemimpin rombongan kita"   Gue menepuk Bahu ambon. lalu tersenyum unyu.

"Hehehe, iyadong. kan barusan gue browsing"

Gubrakkk!! Ternyata daritadi dia cerita sambil googling.. NGEHE LO MBON !!!


Gunung lawu menyimpan banyak sekali misteri, membuat gue dan yang lainnya menjadi semakin penasaran, "seperti apa sih" Tidak terasa kereta melaju semakin jauh meninggalkan Jakarta, sebentar lagi rombongan akan sampai pada titik pemberhentian terakhir. Stasiun solo jebres.



Bersambung...

1 comment: