16 March 2013

Negeri diatas awan - part 8


Mata gue kembali memperhatikan sekeliling, jalur ini sama persis dengan jalur yang tadi kita lewatin, begitu-begitu saja dan berulang-ulang. Gue Erik dan Sambas masih terus berjalan hingga akhirnya Sambas memutuskan kita bertiga untuk break disebuah tikungan menanjak.

"Break.." ujar sambas

"Lo kenapa sih ndil?"

"Mbas ini jalur udah kita lewatin, mbas" Gue ngomong terbata, setengah takut

"Bercanda aje lo, tersesat-tersesat" Sambas malah ketawa.

"........"

"Mbas firasat gue buruk. mending kita tunggu yang lain"

"Lo ngomong apaan sih! ngedrop lu yak?"

"Gue serius woy"

"Udah-udah gausah debat, Yaudah kita tunggu aja yang lain disini" kata Erik.

Sambas berteriak ke arah atas, memanggil Ambon namun tak ada jawaban, sepertinya rombongan cewek-cewek sudah sampai di pos 3. Akhirnya Sambas memanggil ke arah bawah, untungnya terdengar suara sautan dari bang Durek. Gue duduk sejenak, sambil berusaha membuang pikiran-pikiran negatif di otak gue. Malam hari di tengah hutan, dingin, suara-suara aneh, ini benar-benar hal yang sama sekali belum pernah gue rasakan.



Gue duduk diatas tanah yang basah, gue udah nggak peduli lagi mau celana gue kotor kek, yang penting rasa lelah ini bisa hilang.. menenggak air, dan membakar sebatang rokok lagi. menunggu hingga yang lainnya datang. dari kejauhan terdengar langkah kaki, Terlihat Rehan, Oki dan Baim. wajah Baim terlihat sangat pucat.

15 menit kemudian yang lainnya muncul, Bako, Ardian, Agung, Andri, Adit, Dimas, dan bang Durek.

"Udah nih cuma segini?" ujar bang durek

"Si bakong sama iqbal dimana?"

"Bakong, Iqbal, Ambon dampingin cewek-cewek, mereka udah sampe pos 3 duluan kayaknya"

"Nih karena udah malem, kita jalannya jangan sampe misah, selama berjalan kita berhitung aja"

"Totalnya ada 13 orang. gue di depan, Adit lo paling belakang"

"Siap"

Perjalanan menuju pos 3 berlanjut, jalur masih saja berkelok dan menanjak, kondisi tanah yang licin juga makin mempersulit medan, pinggang gue terasa sangat sakit saat itu, gue memutuskan untuk bertukar Carrier dengan Erik, sekarang gue enak, cuma bawa tas laptop haha..

Selama perjalanan, hati ini tak ada henti-hentinya menyebutkan lafadz allah, baru kali ini gue merasakan diri gue bener-bener pasrah, inilah resiko naik gunung. Naik gunung itu tidaklah semudah nonton film'nya. Saat itu juga gue bener-bener pengen banget pulang, tidur diatas kasur sambil peluk guling. Satu hal yang pasti, Naik gunung membuat kita sadar akan nikmat yang selama ini tuhan berikan untuk kita.

"Ngitung woy jangan berhenti" Ujar bang Durek

Satu..
Dua..
Tiga.. <- gue disini
Empat..
Lima...
Enam..
Tujuh..
Delapan..
Sembilan..
Sepuluh...
Sebelas..
Duabelas..
LENGKAP!!  <- Adit menutup

Berulang kali kita berjalan sambil berteriak berhitung seperti ini, demi mencegah ada salah satu dari kita yang hilang. Yaiyalah serem juga kalo hilang ditengah hutan malem-malem begini. Dan setiap akhiran, Adit selalu berteriak "Lengkap" Bukan menyebut "Tiga belas.."

 Sampai pada akhirnya suara hitungan berubah. perhatikan..

Satu..
Dua..
Tiga.. <- gue disini
Empat.
Lima..
Enam..
Tujuh..
Delapan..
Sembilan..
Sepuluh..
Sebelas..
Duabelas..
Tigabelas..
LENGKAP !! <- Adit menutup

Semuanya kebingungan..

Nah lho, ini kok tiba-tiba rombongan nambah satu orang. -____-

"Woy.. ngitungnya yang bener lah! coba ulang" Seru Bang durek


SATU !! <-bang durek teriak kencang.
DUA !!
TIGA !! <- gue disini
EMPAT !!
LIMA..!!
ENAM..!!
TUJUH..!!
DELAPAN.. !!
SEMBILAN !!
SEPULUH !!
SEBELAS !!
DUABELAS !!
TIGABELAS !!
LENGKAP !! <- Adit menutup

Bersambung..

2 comments:

  1. sumpah serem tp gtau knp ingn ngakak >< , ayo bg lanjutannya,semangat ><9 hehe

    ReplyDelete